Senin, 16 Desember 2013

Kanker Kandung Kemih kel 9

Posted by Sistem Perkemihan 2 | Senin, 16 Desember 2013 | Category: |



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita (3:1).Statistik menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25 kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker kandung kemih, yaitu: bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk invasif. Sekitar 80% hingga 90 % dari semua kanker kandung kemih merupakan sel transisional (yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel transisionala kandung kemih), sementara tipe lainnya tumor tersebut adalah sel skuamosa dan adenokarsinoma (Brunner & Suddarth, 2001).
Neoplasma  adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal.
Kanker adalah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. Sedangkan Carsinoma adalah pertumbuhan kanker pada jaringan epitel.
     Buli–buli adalah tempat penampungan urine yang berasal dari ginjal.Kanker buli-buli adalah tumor ganas yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Dinding vesika urinaria dilapisi olehsel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari 90% kanker vesika urinaria berasal dari sel transisional dan disebutkarsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa.


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana konsep dari kanker kandung kemih?
1.2.2        Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kanker kandung kemih?
1.2.3        Bagaimana contoh kasus malpraktek pada pasien dengan kanker kandung kemih?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mahasiswa mampu memahami bagaimana konsep kanker kandung kemih.
1.3.2        Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker kandung kemih.
1.3.3        Mahasiswa memahami bagaimana contoh kasus malpraktek pada pasien dengan kanker kandung kemih.

1.4  Manfaat
     Manfaat bagi masyarakat, masyarakat mengerti tentang urolithiasis.Sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan agar tidak mengalaminya, serta bagi pasien yang telah mengidapnya untuk mencegah kekambuhan.
     Bagi tenaga kesehatan, dengan mengetahui konsep dan proses keperawatan tentang urolithiasis serta kasus malpraktik yang terjadi maka tenaga kesehatan dapat meminimalisasi kejadian malpraktik.










BAB II
TINJAUAN PUTAKA

2.1  Definisi
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung kemih.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung kemih).Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.

2.2  Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1.      Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
2.      Merokok,merupakan faktor resiko utama.
3.      Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
4.      Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.
5.      Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
6.      Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini.

2.3  Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (renal) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi) dan letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:
a.       Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b.      Tunika muskularis (lapisan berotot).
c.       Tunika submukosa.
d.      Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Buli-buli adalah organ berongga yang dindingnya terdiri dari otot-otot halus yang disebut muskulus detrusol. Otot ini terdiri dari yang arah seratnya sedemikian rupa sehingga bila berkontraksi menyebabkan buli-buli mengkerutdan volumenya mengecil. Di bagian distal yaitu dekat dasar panggul  (Diafgrama Urogenital) otot detrusor membentuk tabung dan melapisi uretra posterior.
Lapisan sebelah  dalam dari buli-buli adalah mukosa yang terdiri dari epitel sel transisi. Disebelah luar dilapisi oleh serosa dan bagian fundus (kubah) ditutup oleh peritonium. Bila buli-buli penuh  peritonium terdesak kekranial. Buli terletak dirongga perut bagian bawah, tepatnya didalam rongga pelvis dan extra peritonial. Berada tepat dibelakang simfis pubis. Pada pria dibagian belakang berdekatan dengan rektum dan pada wanita  berdekatan dengan uterus dan vagina. Berbeda dengan traktus urinarius bagian atas (ginjal dan ureter), maka untuk traktus urinarius bagian bawah, buli ke distal, persyaratan amat penting peranannya untuk menjalankan fungsi organ tersebut. Persyarafan buli dan uretra dilaksanakan oleh  system syaraf otonom yang terdiri dari parasimpatis dan simpatis. Persyarafan ini berpusat di medula spinalis segmen torakolumbal. (Th XII – LIII) dan segmen sakral II-IV ( parasimpatis).
Terdapat tiga fungsi penting dari buli yaitu reservoir, ekspulsi urin, dan anti reflek. Sebagai reservoir, buli-buli manusia mempunyai kapasitas antara 200 sampai dengan 400 ML. Setelah miksi buli-buli diisi lagi dengan urin yang datang dari ginjal. Selama pengisian ini sampai kapasitasnya terpenuhi, tekanan dalam buli-buli tetap rendah, kurang dari 20 cm H20. bila buli-buli penuh dindingnya teregang dan menyebabkan rangsangan pada reseptor di dinding buli- buli, akibatnya tekanan dalam buli-buli meningkat dan dirasakan sebagai perasaan ingin kencing. Pada keadaan demikian uretra posterior otomatis membuka. Urin belum keluar karena masih ditahan oleh sfingter eksterna yang terdiri dari otot bergaris dengan persyasarafan sema omotoris yang bekerja secara disadari ( volunter ). Sfingter ini akan membuka bila di perintahkan oleh yang bersangkutan. Pada waktu ekspulasi tekanan dalam buli- buli meningkat antara 70 – 100 cm H20. Urin yang ada dalam buli-buli tidak akan mengalir ke arah ginjal. Arah ureter bagian distal yang serong. Panjangnya ureter intravesikal serta lokasinya yang submukos menyebabkan terjadinya mekanisme klep yang mencegah urin ke arah ginjal (refluk).

2.4  Klasifikasi Kanker
     Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
a.       T = pembesaran lokal tumor primer
Ditentukan melalui : Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
No
Kode
Keterangan
1.       
Tis
Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2.       
Tx
Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
3.       
To
Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4.       
T1
Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
5.       
T2
Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
6.       
T3
Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
7.       
T3a
Invasi otot yang lebih dalam
8.       
T3b
Perluasan lewat dinding buli-buli
9.       
T4
Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10.   
T4a
Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11.   
T4b
Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen

b.      N= Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative.
No
Kode
Keterangan
1.       
Nx
Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
2.       
No
Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional.
3.       
N1
Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral.
4.       
N2
Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
5.       
N3
Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor
6.       
N4
Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

c.       M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia.
No
Kode
Keterangan
1
Mx
Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan.
2
M1
Adanya metastase jauh.
3
M1a
Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia.
4
M1b
Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal.
5
M1c
Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple.
6
M1d
Metastase dalam organ yang multiple
Tahap berikut yang digunakan untuk mengklasifikasikan lokasi, ukuran, dan penyebaran kanker, menurut TNM (tumor, nodus limfa dan metastasis) pementasan sistem:
·         Tahap 0: sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung kemih.
·         Tahap I: sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan kandung kemih tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih.
·         Tahap II: sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding kandung kemih tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi kandung kemih.
·         Tahap III: sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar kandung kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk kelenjar getah bening atau organ lainnya.
·         Tahap IV: sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding panggul atau perut, dan organ lainnya.
·         Berulang: kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain setelah yang telah diobati.
2.5  Patofisiologi
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal bebas menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin terus menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan, perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.

2.6  Manifestasi Klinis
Gejalanya bisa berupa:
a.       Hematuria (adanya darah dalam kencing).
b.      Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
c.       Desakan untuk berkemih.
d.      Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing.
e.       Badan terasa panas dan lemah.
f.       Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
g.      Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.

2.7  Pemeriksaan Diagnostik
a.       Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini, namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker. Lavase kandung kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada daerah yang dicurigai.
b.      Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
c.       Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih.
d.      USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam kandung kemih.
e.       Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
f.       Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.

2.8  Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk terapinya.
Reseksi transuretra atau vulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini akan melenyapkan tumor lewat insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang dimasukkan melalui uretra.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu pantangan karena biasanya mudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa kandung kemih.Keseluruhan lapisan dinding saluran kemih atau urotelium menghadapi resiko mengingat perubahan karsinoma mukosa bukan hanya ditemukan dalam mukos kandung kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis renal, ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius, kurang lebih 25 persen hingga 40 persen tumor superficial akan kambuh kembali sesudah dilakukan vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita piloma benigna harus menjalani tindak lanjut dengan pemeriksaan sitologi dan sistoskopi secara berkala sepanjang hidupnya karena kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini.
Kemoterapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin (adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien. Kemoterapi intra vena dapat  dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
Kemoterapi topical (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan larutan obat anti neoplastik kedalam kandung kemih yang membuat obat tersebut mengenai dinding kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang tinggi, jika terdapat kanker in situ atau jika resksi tumor tidak tuntas.Kemoterapi topical adalah pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethoglusid dan Bacilus Calmette – Guerin atau BCG) untuk meningkatkan penghancuran jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai preparat intravesikal yang paling efektif untuk kanker kandung kemih yang kambuhan karena preparat ini akan menggalakkan respon imun tubuh terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur pemasukan (instilasi) obat dilaksanakan, tetapi kandung kemih terisi penuh, pasien harus menahan larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada akhir prosedur, pasien dianjurkan untuk buang air kecil dan meminum cairan sekehendak hati untuk membilas preparat tersebut dari kandung kemih.
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya kanker tersebut didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat sirkulasi darah atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak dapat dioperasi.
Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis dan jaringan vesikal disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior dan uretra.Operasi ini dapat mencakup pula limfadenektomis (pengangkatan nodus limfatikus).Pengangkatan kandung kemih memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewata pembedahan pada kulit (stoma).
Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk terhadap kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid sudah digunakan dengan berbagai takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan kombinasi yang paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat sitotoksik melalui suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai konsentrasi preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik sistemik yang lebih kecil. Untuk kanker kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk pasien hematuria yang membandel (setelah terapi radiasi), sebuah balon besar berisi air yang ditempatkan dalam kandung kemih akan membuat nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah kedinding kandung kemih (terapi hidrostatik). Terapi instilasi dengan cara memasukkan larutan formali, fenol atau perak nitrat dapat meredahkan gejala hematuria dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan nyeri) pada sebagian pasien.

















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
A.    Identitas Pasien.
B.     Riwayat Keperawatan
a)      Keluhan Utama : Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada benjolan pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri diseluruh tubuh terutama dipinggang.
b)      Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa nyeri sera sulit BAB.
c)      Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
d)     Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang menjadi faktor resiko.
e)      Riwayat psikososial dan spiritual.
f)       Kondisi lingkungan rumah.
g)      Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan, pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan obat, minuman keras)).
C.     Pemeriksaan Fisik
a.       Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
b.      Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
c.       Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
d.      Eleminasi
Gejala : Perubahan gejala BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
e.       Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
f.       Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
g.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
h.      Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
i.        Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda :Terjadi kekambuhan lagi
j.        Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
k.      Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi

3.2  Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).
b.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi / iritasi kandung kemih.
c.       Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
d.      Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

3.3  Intervevsi
a.       Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri pasien terkontrol.
Dengan kriteria hasil:
·         Skala nyeri berkurang sampai hilang.
·         Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri.
Intervensi:
1.      Kaji nyeri : karakteristik, intensitas, lamanya dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
2.      Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri.
3.      Berikan terapi non farmakologis untuk menghilangkan nyeri seperti teknik nafas dalam dan teknik distraksi.
4.      Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV.
5.      Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesik.
b.      Dx 2 : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan pola eliminasi urine kembali normal. Dengan kriteria hasil : tidak ada nyeri saat BAK.
Intervensi :
1.      Observasi output dan intake cairan selama 24 jam.
2.      Anjurkan pasien mempertahankan intake cairan yang adekuat.
3.      Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa kanker kandung kemih menyebabkan iritasi kandung kemih sehingga terjadi frekuensi dan urgensi.
4.      Kolaborasi pemberian analgesik atau antipasmodik untuk mengurangi gejala iritasi saat BAK dan menghambat kontraksi kandung kemih yang tidak stabil.
c.       Dx 3 : Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 7x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat. Dengan kriteria hasil :
·         Porsi makan pasien habis.
·         Pasien menunjukkan berat badan stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
Intervensi:
1.      Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya untuk memberikan informasi tentang status gizi klien.
2.       Timbang dan ukur berat badan, ukur trisep serta amati penurunan berat badan untuk memberikan informasi tentang penambahan dan    penurunan berat badan klien.
3.      Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat (porsi sedikit tapi sering). Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
4.      Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. hindarkan makanan yang terlalu manis, lemak dan pedas untuk mencegah mual muntah, distensti berlebihan, dyspepsia yang menyebabkn penurunan nafsu makan seta mengurangi     stimulus berhaya yang dapat meningkatkan ansietas.
5.    Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
6.    Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
7.    Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
8.    Kolaboratif:Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin.
d.      Dx 4 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan cemas pasien berkurang. Dengan kriteria hasil:
·         Pasien tidak menanyakan terus menerus tentang penyakitnya.
·         Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
·         Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam  pengobatan.
Intervensi:
1.    Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
2.    Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
3.    Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
4.    Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
5.    Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
6.    Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
7.    Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

3.4 Implementasi
a.    Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b.    Mengidentivikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cedera
c.     Menjelaskan kembali mengenai patofisiologi / prognosis penyakit dan perlunya pengobatan / penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai prosedur.
d.    Meninjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurangan dosis.
e.    Memerikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus dilakukan selama pasien merasakan sakit.

3.5 Malpraktek
3.5.1        Pengertian Malpraktek
Malpraktek mempakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis.Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek” mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah.Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanah pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.

3.5.2        Malparaktek dalam Keperawatan
Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan kelalaian atau malpraktik.Perawat dan masyarakat pada umumnya tidak dapat membedakan antara kelalaian dan malpraktik.Walaupun secara nyata jelas penbedaannya sebagaimana telah diuraikan terdahulu.Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang misalnya perawat, dokter atau penasehat hukum.
Menurut Vestal, K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik,apabilapenggugat dapat menunjukkan dibawah ini:
a.       Duty. Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibanya yaitu kewajiban untuk mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan stadar profesi. Hubungan perawat-klien menunjukkan bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar keperawatan.
b.      Breach of the duty. Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar profesinya.Pelanggaran yang terjadi terhadap pasien (misalnya kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c.       Injury. Seseorang mengalami injury atau kerusakan (damage) yang dapat dituntut secara hukum (misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran. Keluhan nyeri, atau adanya penderitaan atau stress emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera hanya jika terkait dengan cedera fisik).
d.      Proximate caused. Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan/terkait dengan injury yang dialami (misalnya cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien).
Sebagai penggugat, harus mampu menunjukkan bukti pada setiap elemen dari keempat elemen di atas.Jika semua elemen itu dapat dibuktikan hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi malpraktik, dan perawat berada pada tuntutan malpraktik. Terhadap tuntutan malpraktik, pelanggaran dapat bersifat pelanggaran :
A.    Pelanggaran etika profesi.
          Terhadap pelanggaran ini sepenuhnya oleh organisasi profesi (Majelis Kode Etik Keperawatan) sebagaimana tercamtum pada pasal 26 dan 27 Anggaran Dasar PPNI.Sebagaimana halnya doter, maka perawat pun merupakan tenaga kesehatan yang preofesional yang menghadapi banyak masalah moral/etik sepanjang melaksanakan praktik profesional. Beberapa masalah etik yang sering terjadi pada tenaga keperawatan antara lain moral unpreparedness, moral blindness, amoralism, dan moral fanatism. Untuk menangani masalah etika yang terjadi pada tenaga keperawatan dilakukan organisasi profesi keperawatan (PPNI) melalui Majelis Kode Etik Keperawatan.
B.     Sanksi administratif.
          Berdasarkan Keppres No.56 tahun 1995 dibentuk Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) dalam rangka pemberian perlindungan yang seimbang dan objetif kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima pelayanan kesehatan.MDTK bertugas meneliti dan menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan MDTK akan dilaporkan kepada pejabat kesehatan berwenang untuk mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tindakan sebagaimana yang dimaksud tidak mengurangi ketentuan pada :pasal 54 ayat (1) dan ayat (2) UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu : (1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalammelaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.(2). Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
          Keanggotaan MDTK terdiri dari unsur Sarjana Hukum, ahli kesehatan yang diwakili organisasi profesi di bidang kesehatan, ahli agama, ahli psikologi, dan ahli sosiologi.Organisasi iniberada baik di tingkat pusat, juga ditingkat Propinsi.Sejauh ini di Sulawesi Selatan belum terbentuk MDTK.
C.     Pelanggaran hukum.
          Pelanggaran dapat bersifat perdata maupun pidana. Pelanggaran yang bersifat perdata sebagaimana pada UU No.23 tahun 1992 pada pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) berbunyi:
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesdalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
(2). Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku..
Hal yang berhubungan dengan ganti rugi dapat bersifat negosiasi atau diselesaikan melalui pengadilan. Pelanggaran yang bersifat pidana sebagaimana pada UU No.23 tahun 1992 pada Bab X (Ketentuan Pidana) berupa pidana penjara dan atau pidana denda, atau sebagimana pada pasal 61 dan 62 UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi :
Pasal 61 : Penentuan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.
Pasal 62 :
(1). Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, pasal 8, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000.00 (dua miliar rupiah).
(2). Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).
(3). Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
3.5.3        Kasus
Seorang pria berusia 67 tahun bernama Hurshel Ralls yang mengalami tumor ganas pada alat reproduksinya. Setelah diperiksa dan dikonsultasikan dengan dokter, maka dirinya pun bersediaa untuk menjalani operasi pengangkatan kandung kemih guna mengobati tumor ganas yang dideritanya di Clinics ofbNorth Texas, Wichita Falls, Amerika Serikat. Setelah menjalani operasi, ternyata tidak hanya kandung kemih Hurssel yang diangkat namun juga penis dan testisnya juga ikut diamputasi. Dengan dalih dua orang dokter bedah yang melakukan pembedahan untuk mencegah penyebaran kanker karena menurut tim dokter ini, sel-sel kankernya telah merembet hingga saluaran kemih, dan pasien sudah memperbolehkan dokter melakukan segala tindakan untuk menyelamatkan nyawanya. Hal ini sungguh membuat Hurshel berang, pasalnya menurut beliau dokter sama sekali tidak pernah menyampaikan pada dirinya ataupun istrinya mengenai ikut diamputasinya penis dan testis sebagai bagian dari bedah pengangkatan tumor kandung kemih yang ia jalani. Karena merasa tertipu dan dirugikan, Hurshel menggugat 2 dokter bedah John S. dan Farid Khoury untuk mengganti rugi sekitar Rp. 42,5 milyar.
Pengacara Hurshel menuding 2 dokter tersebut sembrono mengamputasi alat kelamin Hurshel tanpa ijin, dan dokter tersebut melakukan kesalahan juga kecerobohan prosedur operasi. Karena tim dokter tersebut baru memeriksa sel jaringan penis korban di laboratorium setelah mengamputasinya. Padahal prosedur yang benar adalah dokter harus melakukan biopsi terlebih dahulu. Selain itu setelah jaringan alat kelaminnya diperiksakan ke dokter lain, ternyata sama sekali tidak ada sel kanker pada alat kelamin korban.
3.6 Jurnal Penelitian
KARSINOMA BULI-BULI YANG DIRAWAT DI BANGSAL BEDAH RSUD DJAMIL PADANG TAHUN 2000 SAMPAI 2005
Abstrak
Latar Belakang: Pendahuluan
Karsinoma buli-buli adalah suatu Karsinoma yang terdapat pada vesikaurinaria yang ditandai dengan  adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten. Pada karsinoma  yang telah mengadakan infiltratif tidak jarang  menunjukan adanya gejala iritasi dari buli-buli seperti disuria, polakisuria, frekuensi dan urgensi dan  juga biasa dengan keluhan  retensi oleh bekuan darah. Diagnosis karsinoma buli-buli ini ditegakkan melalui perneriksaan  endoskopi dan biopsy.
Metode Penelitian ini dilakukan secara retrospektif deskriptif pada  penderita karsinoma buli-buli . Data diambil dari Rekam Medis pada penderita karsinoma buli-buli yang dirawat dibangsal bedah RSUP DR M jamil padang selama 5 tahun (Januari 2000 sampai Desember 2005)      yang telah dilakukan TUR Buli-buli dan pemeriksaan Patologi Anatomi.
Hasil : Terdapat sebanyak 22 orang penderita karsinoma buli-buli yang terdiri dari laki-Iaki 19 orang (86.4%) wanita 3 orang (13.6%). Perbandingan laki-Iaki : wanita = 6.3:1 dan usia~70 tahun (40,9%). Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi didapatkan Transional sel karsinoma 22 orang (100%)  dengan stadium   II 10 orang (45.5%) dan stadium III 12 orang (54.5%). Terapi dengan kernoterapy intravesikal 1 orang (4.5%) , Radio terapi 15 orang (68.2%) , Radio kemoterapi intravesika l2 orang (9.1%), dan sistektomi 4 orang (18.2%)
Kesimpulan : Pada penelitian ini didapatkan  penderita karsinoma buli-buli   terdapat pria:wanita = 6.3:1 dan terbanyak pada usia~70 tahun. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi didapatkan 100% Transisional sel karsinoma pada stadium II danIII Terapi yang dilakukan terbanyak adalah radio terapi 68.2%
KataKunci : Total Hematuria, Endoskopi, TURB, Pemeriksaan Patologi Anatomi.
PENDAHULUAN
Karsinoma buli-buli adalah suatu karsinoma yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten. Pada karsinoma yang telah mengadakan infiltrative tidak jarang menunjukan adanya gejala iritasi dari buli-buli seperti disuria, polakisuria, frekuensi dan urgensi dan juga biasa dengan keluhan retensi oleh bekuan darah. Insiden karsinoma buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan dan keganasan no 2 terbanyak pada karsinoma traktus urinarius setelah karsinoma prostat. Karsinoma    buli-buli hamper 90% adalah karsinoma sel transisional, sedangkan squamous karsinoma sekitar 5-10% dan 2% adalah adenokarsinoma. Pria lebih sering menderita karsinoma buli-buli dibandingkan dengan wanita.
Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma buli-buli diantaranya:
1.      Umur.Karsinoma buli-buli meningkat pada usia 60an.
2.      Zatkarsinogen, baik yang berasal dari exsogen dari rokok ataupun bahan kimia maupun endogen dari hasil metabolisme.
3.      Penyebab lain diduga akibat pemakaian analgetik, sitostatik dan iritasi kronik oleh batu, sistomiasis atau radiasi.
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superficial.  Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi kelamin apropria,  otot dan lernak perivesika yang kemudian menyebar  lansung kejaringan  sekitamya. Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen  dan hematogen. Penyebaran limfogen menujuk kelenjer limfe perivesika,   obturator, iliaka ekterna dan  iliaka kornunis, sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.
Karsinoma buli-buli perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol kearah buli­buli karsinoma prostat dan hipertropi prostat lobus median   prostate. Untuk membedakannya dibutuhkan dibutuhkan endoskopi untuk melihat bentuk dan besar tumor, perubahan dalam buli-buli dan melakukan biopsi untuk pemeriksaan sitologi sel. Dalam menegakkan diagnosis dipakai sistem TMN.

Klasifikasi menurut system TMN Tiskarsinoma insitu:
Ta             Karsinoma papiler terbatas pada epitel.
Tl              Masuk kejar subepitel.
T2             Masuk permukaan otot.
T3a           Masuk otot lebih½.
T3b           Masuk jaringan lunak sekitar vesika.
T4             Masuk keorgan sekitarnya.
Nl             Kelenjar tunggal < 2cm.
N2                        Kelenjar tunggal 2- 5em, multiple < 5em.
N3                        Kelenjer > 5em Ml metastase jauh.
Alternatif terapi:
1.      Superfisial (std0- I)
TURBuli dan Instilasi  intra vesika
2.      Invasif (stdII- III)
TURB dan Sistektomiatau Radiasi Ext
3.      Metastase    (std. IV)
Terapi Adjuvan, Radiasi Paliatif 
Terapi endoskopi merupakan terapi baku  karsinoma superficial melalui reseksi transurethral tumor secara total. Rencana pasca bedah selanjutnya  sangat menentukan hasil terapi. Sistoskopi untuk mengontrol kekambuhan biasanya setiap tiga bulan selama satu tahun dan kemudian setiap enam bulan. Kecuali untuk reseksi tumor sampai di submukosa. Endoskopi juga dipakai untuk fulgerasi dan terapi laser. Radiasi diberikan setelah reseksi transruretral  karsinoma buli-buli superficial atau setelah sistektomi. Radiasi juga dipakai  untuk menyembuhkan pada stadium T3 yang tidak tahan pembadahan dasar atau terapi paliataif tumor T4. Kadang radiasi diperlukan sebagai terapi paliatif untuk menghentikan perdarahan atau gejala metaastase pada karsinoma lanjut.
Kemoterapi diberiakan setelah reseksi transurethral karsinoma   superficial. Kemoterapi secara intravesika bertujuan mengurangi kemungkinan   kekambuhan Kemoterapi yang digunakan adalah tiotepa, doksosorubicin, mitomicin dan BeG.
Pembedahan dilakukan kalau karsinoma sudah sampai otot dari buli-buli.  Ada tiga macam pembedahan yaitu sistektomi parsial, sistektomi total dan sistektomi radical. Lndikasi sistektomi parsial adalah tomor soliter yang berbatas  tegas pada mukosa, sistektomi total merupakan terapi defenitif untuk karsinorna parsial yang kambuh dan sistektomi radical merupakan pilihan   kalau tidak berhasil atau menimbulakan kekambuhan. Diversi urin yang paling baik adalah uretter oenterokutaneostomi dengan menggunakan sebagian usus halus menurut bricker atau urostomakontinen dengan sejenis katup menurut kock.
Prognosis bergantung pada tingkat pengJuasan dan derajat keganasan. Secara klinis dapat ditemukan dua jenis gambaran yaitu pertumbuhan  superfisials yang bertumbuh invasif dan permulaan.

METODE   PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara retrospektif deskriptif pada penderita  karsinoma buli­buli. Data diambil dari Rekam Medis pada penderita karsinoma  buli-buli yang dirawat di bangsal bedah RSVP DR M Djamil  padang selama  5  tahun (Januari 2000 sampai Desember 2005) yang telah dilakukan TUR Buli-buli    dan pemeriksaan Patologi Anatomi.

HASIL  PENELITIAN
Pada penelitian ini didapatkan penderita karsinoma buli-buli yang telah dilakukan pemeriksaan Endoskopi dan PatoJogi Anatomi selama tahun 2000   sampai 2005 didapatkan sebanyak 22 orang yang terdiri dari  pria 19 orang (86.4%) wanita 3 orang (13.6%). Perbandingan pria:wanita 86.4% : 13.6%. Didapatkan jumlah penderita karsinoma buli-buli  terendah pada  usia 37 tahun  dan tertinggi pada usia 84 tahun. Terbanyak pada usia 70tahun  (40,9 %)  hal ini dapat dilihat pada table  1.
Tabel 1. Distribusi pasien karsinoma buli-buli menurut umur,jenis kelamin yang dirawat dibangsal bedah RSUP DR M Djamil padang tahun 2000 - 2005.
Pada penelitian ini didapatkan penderita karsinoma buli-buli yang telah dilakukan TurBladder (TURB) dan pemeriksaan Patologi Anatomi didapatkan Transional sel karsinoma 22 orang (100%) Squamouscell carcinoma 0 orang. Adeno karsinoma 0 orang. Hal ini dapat kita lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi hasil Patologi Anatomi pasien karsinoma buli-buli yang dirawat dibangsal bedah RSUP DR MD jamil padang tahun 2000-2005.
PATOLOGIANATOMI
n
%
Transisional Cell Carsiboma
Squamous Cell Carsinoma
Adenokarsinoma
22
0
0
100
0
0
Jumlah
22
100
   Penderita karsinoma buli-buli dilakukan staging menurut system TMN  didapatkan stadium I-orang (0%), stadium II 10 orang (45.5%) dan stadium  III 12 orang (54.5%) stadium IV-orang (0%). Hal ini dapat kita lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Stadium pasien karsinoma buli-buli yang dirawat dibangsal bedah RSUP DR MD jamil padang tahun 2000-2005.
Terapi yang dilakukan pada karsinoma buli-buli didapatkan, kemoterapy   intra vesikal sebanyak 1 orang (4.5 %), Radioterapy sebanyak 15 orang (68.2%), Radio kemoterapi intra vesikal sebanyak 2 orang (9.1%) dan sistektomi sebanyak   4 orang (18.2%). Hal ini dapat kita lihat pada table 4.
Tabe1 4. Distribusi Terapi pasien karsinoma buli-buli yang dirawat dibangsal  bedah RSUP DR MD jamil padang tahun 2000 - 2005.
PEMBAHASAN
Pasien karsinoma buli-buli biasanya datang dengan adanya hematuria   tanpa disertai adanya rasa nyeri. Pada penelitian ini didapatkan penderita  karsinoma buli-buli selama 5 tahun (tahun 2000 - 2005) sebanyak 22 orang.  Dimana penderita pria jauh lebih banyak dibandingkan wanita. Dimana pria 19 orang  (86,4%) dan wanita 3 orang (13,6%). Sehingga pria : wanita = 6,3. Hal  ini sarna yang dikemukan pada semua literature yang ada dimana jumlah pria lebih banyak menderita karsinoma buli-buli dibandingkan wanita. Tetapi  perbandingan antara pria dan wanita berbeda dengan literatur lain, dimana smits dan cambell menyatakan perbangdinagan pria dan wanita = 7 : 3 dan pada urological cancer menyatakan  tergantung  wilayah  atau negara penderita.
Menurut literatur bahwa semakin bertarnbah usia angka kejadian  karsinoma buli-buli sernakin meningkat pada usia 69-70 tahun keatas, hal ini sesuai yang didapatkan pada penelitian ini dimana didapatkan semakin bertambah  usia angka kejadian karsinoma buli-buli semakin rneningkat, dimana usia besar dari 70 tahun sekitar usia 40,9%.
Penelitian ini didapatkan hasil pemeriksaan patologi anatomi 100% adalah Transisional sel karsinoma. Hal ini sedikit berbeda dengan literatur yang ada dimana Transisional karsinoma 90%, squamous sel karsinoma 5-10% dan adenocarsinoma 2%. Hal ini disebabkan oleh sel buli-buli terdiri dari sel transisional, dan pada hasil pemeriksaan patologi antomi didapatkan pada  stadium II dan III dan terapi yang dilakukan terbanyak  radioterapi, sesuai dengan  literatur bahwa pasien datang pada stadium II dan III karena pada stadium  ini baru keluhan hematuria yang membuat pasien datang berobat.

KESIMPULAN
1.      Pada penelitian ini didapatkan penderita karsinoma buli-buli terdapat pria : wanita = 6.3 : 1 dan  terbanyak pada usia ~70 tahun.
2.      Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi didapatkan 100% Transisional sel karsinoma pada stadium II dan III.
3.      Terapi yang dilakukan terbanyak adalah radio therapi  68.2 %.

DAFTAR PUSTAKA
Tanagho EA dan Mc Annch JW. Smith's General Urologi. Ed 14. Appleton Lange Medical Publication, 1995 page 353 – 363.
Walsh PC, Retik AB, Vaughan ED, dan Wein AJ. Campbell's Urology 3 vol Ed 7. Philadelphia: W.B. Saunders, 1998. page 2329 –2383.
Sjamsuhidayat R dan long WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 4.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997 hal 780 –782.
Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urology, Ed 1 jakarta: penerbit CV Sagung Seto, 2000: 145-158.
Urological cancer page 85 – 105.






WOC Kanker Kandung Kemih
Replikasi DNA >>
Produksi gen regulatorik hilang
Pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan
Perubahan gen yg mengendalikan pertumbuhan
Peng-non-aktifan gen supresor kanker
Mutasi pd genom sel somatik
Perbaikan DNA
Usia
Imunitas ¯¯
Rentan terpapar radikal bebeas
Lifestyle (rokok) & Bahan Karsinogenik (pabrik jaket kulit bag.pewarnaan)
Bersirkulasi dalam darah
Radikal bebas bergabung dg urin sec.terus-menerus
Masuk ke ginjal
Terfiltrasi di glomerulus
Masuk ke kand.kemih
Stagnasi radikal bebas
Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel transisional
Kerusakan DNA
Sel normal
Berhasil
Gagal
 
























                                                                                                                                                                          
Vit. B12, As.Folat dipakai poliferasi DNA abnormal
¯¯ Nutrisi
­­Tek.Kand. Kemih
Reflux ureter & ginjal
Retensi urin di ginjal
Disfungsi ginjal
Eritopoetin ¯¯
Tek.Hidrostatik glomerulus > Tek. Kapsula Bowman
GFR ¯¯
BUN ­­
­­ Reflex miksi
Frequency
Gg. Pola Eliminasiurin
Mitomicin
Detox di hati
Hati bekerja extra keras
Hepatomegali
Penggunaan energi terfokus pd mitosis sel Ca
Penambahan massa bladder
Invasi ke jaringan sekitar
Ez. Telomerase ­­
Ca Bladder
Menghasilkan Ez. Protease
Replikasi DNA >>
RBC ¯¯
Hb ¯¯
Anemia
Konjungtiva pucat
Risiko Gg. Nutrisi < kebutuhan
Invasi ke jaringan sekitar
Ke pem.darah sekitar
Limfogen
Merusak reseptor regang sensori
Impuls tidak dihantar ke saraf 2-4
Tidak ada rasa miksi
Inkontinensia
Ruptur pem.darah
Hematuria
Terbawa aliran limfa
Ke nodus limfa daerah pelvis
Sel kanker replikasi terus-menerus
Pembersaran Limfa (Limfadenopati)
Penekanan ujung saraf nyeri daerah pelvis
Nyeri Pelvis
Nyeri
 


























































BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi) dan letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Kanker kandung kemih adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung kemih.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanah pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.

4.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat yang menderita kanker kandung kemih maupun yang tidak menderita. Serta bagi tenaga kesehatan yang lain, agar kedepannya dapat meminimalisasi tingkat kejadian kanker kandung kemih serta tindakan malpraktiknya. Sehingga status kesehatan masyarakat meningkat.
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan.Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C, Suzanne, Bare G Brenda, 2001. Keperawatan medikal bedah. edisi 8, volume 2. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marllyn. 2000. Rencana asuhan keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Barbara, Engram. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Currently have 0 komentar:


Leave a Reply