Senin, 09 Desember 2013

Posted by Sistem Perkemihan 2 | Senin, 09 Desember 2013 | Category: |

MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN II PART 1 (unfixed)
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronis
  
Oleh:
Kelompok 4
1.      Dessy Nur Milata                  (101.0019)
2.      Dita Eka C                            (101.0025)
3.      Fitria Gita N                          (101.0043)
4.      Meylisa Kusuma D                (101.0071)
5.      Puspitasari A                         (101.0087)
6.      Sarah Anindhita                    (101.0101)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2013




BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1.   Struktur Ginjal
1.1.1.      Anatomi Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdapat lapisan korteks (subtansia kortekalis),dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis ) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid saling dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah. (Syaifuddin. 2006 : 237)
Garis-garis yang terlihat pada piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari gnjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubuli kontarti dua) tubulus kontanius (papilla vateri). (Syaifuddin. 2006 : 237)
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing membentuk simpul dan kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. (Syaifuddin. 2006 : 237)

1.1.2.      Fisiologi Ginjal
Ginjal berfungsi :
1.      Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebiahn air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.
2.      Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan/ pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan / penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (missal Na, K, Cl, Ca dan fosfat ).
3.      Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolism protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4.      Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (peptisida)
5.      Fungsi hormone dan metabolism. Ginjal menyekresi hormone renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (system rennin angiotensin aldesteron) membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
(Syaifuddin. 2006 : 237)  
1.2.   Pengertian
1.2.1.      Gagal ginjal
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan ke arah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Anonim, 2010).

1.2.2.      Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
1.3.   Etiologi
a.       Diabetus mellitus
b.      Glumerulonefritis kronis
c.       Pielonefritis
d.      Hipertensi tak terkontrol
e.       Obstruksi saluran kemih
f.       Penyakit ginjal polikistik
g.      Gangguan vaskuler
h.      Lesi herediter
i.        Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
( Smeltzer C, Suzanne, 2002 : 1448)
1.4.   Manifestasi Klinik
a.       Kardiovaskuler
-     Hipertensi
-     Pitting edema
-     Edema periorbital
-     Pembesaran vena leher
-     Friction rub perikardial

b.      Pulmoner
-          Krekels
-          Nafas dangkal
-          Kusmaul
-          Sputum kental dan liat
     
c.       Gastrointestinal
-          Anoreksia, mual dan muntah
-          Perdarahan saluran GI
-          Ulserasi dan perdarahan pada mulut
-          Konstipasi / diare
-          Nafas berbau amonia

d.      Muskuloskeletal
-          Kram otot
-          Kehilangan kekuatan otot
-          Fraktur tulang
-          Foot drop

e.       Integumen
-          Warna kulit abu-abu mengkilat
-          Kulit kering, bersisik
-          Pruritus
-          Ekimosis
-          Kuku tipis dan rapuh
-          Rambut tipis dan kasar
-          Reproduksi
-          Amenore
-          Atrofi testis
( Smeltzer C, Suzanne, 2002 : 1450)
1.5.   Patofisiologi
1.        Penurunan GFR (Glomerulus Filtrate Rate)
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
2.      Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
3.        Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
4.        Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
5.        Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
6.        Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon. (Smeltzer C, Suzanne, 2002 : 1448)
1.6.   Pengkajian Anamnesis
1.      Riwayat Penyakit
a.    Keadaan umum saat klien datang ke rumah sakit dan keluhan saat didata tentang kesehatan klien. Kaji adanya oliguria, anoreksia, oedema, kelemahan, kesadaran menurun, gelisah, mual muntah, mulut terasa kering, nyeri punggung, sakit kepala, penurunan BB, peningkatan BB.
b.    Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria
c.    Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
d.   Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000 : 626)

1.7.   Pemeriksaan Fisik
1.7.1.      Pemeriksaan Fisik Fokus
1.      Aktifitas /istirahat
Gejala:
-          Kelelahan ekstrem, kelemahan (malaise)
-          Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
-          Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2.      Sirkulasi
Gejala:
-          Riwayat hipertensi lama atau berat
-          Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
-          Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
-          Disritmia jantung
-          Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
-          Friction rub perikardial
-          Pucat pada kulit
-          Kecenderungan perdarahan
3.      Integritas ego
Gejala:
-          Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
-          Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
-          Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan kepribadian
4.      Eliminasi
Gejala:
-          Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
-          Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
-          Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,   berawan
-          Oliguria, dapat menjadi anuria
5.      Makanan/cairan
Gejala:
-          Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
-          Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
-          Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
-          Perubahan turgor kuit/kelembaban
-          Edema (umum,tergantung)
-          Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
-          Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6.      Neurosensori
Gejala:
-          Sakit kepala, penglihatan kabur
-          Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
-          Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati perifer)
Tanda:
-          Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
-          Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
-          Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
7.      Nyeri/kenyamanan
Gejala:
-          Nyeri panggul, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda:
-          Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 
8.      Pernapasan
Gejala:
-          Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda:
-          takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
-          Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9.      Keamanan
Gejala:
-          Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
-          pruritus
-          Demam (sepsis, dehidrasi)
10.  Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas
11.  Interaksi sosial
Gejala: Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga. (Doenges, E Marilynn, 2000 : 628)

1.7.2.      Pengkajian Laboratorium
a.       Pemeriksaan Urin
-          Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
-          Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
-          Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
-          Osmolaritas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
-          Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
-          Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
-          Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.

b.      Pemeriksaan Darah
-          BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
-          Hb : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
-          SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
-          GDA:asidosis metabolik, ph  kurang dari 7,2
-          Natrium serum : rendah
-          Kalium: meningkat
-          Magnesium;
-          Meningkat
-          Kalsium ; menurun
-          Protein (albumin) : menurun
c.       Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d.      Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e.       Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f.       Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g.      Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa
h.      EKG
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)
1.8.   Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik dapat dibagi 2 bagian besar yaitu terapi konservatif dan pengganti. Terapi konservatif dipakai pada penyakit ginjal kronik stadium I-IV sebelum dialisis sebagai terapi pilihan. Terapi konservatif meliputi:
a.                   Menghambat progresivitas
b.                  Mengkoreksi faktor yang bersifat reversibel
c.                   Mencegah atau mengatasi komplikasi
d.                  Simptomatik (mengatasi keluhan yang timbul).
Sedangkan stadium V sudah dilakukan terapi pengganti dengan dialisis rutin karena ginjal sudah tidak berfungsi lagi dan obat-obatan tidak mampu lagi mengatasinya. Sehingga fungsi ginjal disini digantikan oleh sebuah mesin untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang bila tidak dikeluarkan akan menumpuk dalam tubuh dan menjadi racun bagi tubuh sendiri.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
1.      Intervensi diet diperlukan dengan pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk menyeimbangkan kehilangan cairan, masukan natrium, dan pembatasan kalium.
2.      Pastikan masukan kalori dan suplemen vitamin yang adekuat.
3.      Batasi protein karena kerusakan klirens ginjal terhadap urea, kreatinin, asam urat, dan asam organik. Masukan protein yang diperbolehkan harus tinggi kandungan biologisnya: produk yang berasal dari susu, telur, daging.
4.      Cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml atau lebih dari haluaran urine 24 jam.
5.      Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia dengan antasid mengandung aluminum atau kalsiurn karbonat; keduanya harus diherikan dengan makanan.
6.      Suplai kalori dengan karbohidrat dan lemak untuk mencegah pelisutan otot.
7.      Berikan suplemen vitamin.
8.      Tangani hipertensi dengan kontrol volume intravaskular dan obat antihipertensif.
9.      Atasi gagal jantung kongestif dan edema pulmonal dengan pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik, preparat inotropik (mis., digitalis atau dobutamin), dan dialisis.
10.  Atasi asidosis metabolik jika perlu dengan suplemen natrium bikarbonat atau dialisis.
11.  Atasi hiperkalemia dengan dialisis; pantau pengobatan dengan kan-dungan kalium; berikan diet pembatasan kalium; berikan Kayexelate sesuai kebutuhan.
12.     Amati terhadap tanda dini abnormalitas neurologis (mis., berkedut, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang).
13.  Lindungi terhadap cedera dengan memberikan bantalan pada pagar tempat tidur.
14.  Catat awitan, tipe, durasi, dan efek umum kejang pada pasien; segera beritahu dokter. (Diane C Boughman, 2000 : 172)
1.9.   Web Of Caution (Terlampir)
1.10.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah :
1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen turun
2.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi Na dan H2O yang meningkat
3.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru.
4.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri sendi dan kelelahan
5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penumpukan urea pada kulit, pruritus
6.      Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan mual, muntah







BAB III
TINJAUAN KASUS
2.1.   Kasus
Pada tanggal 23 Juli 2013 Ny. A (45 tahun) datang ke Rumah Sakit Dr.Ramelan Surabaya dengan diagnosa GGK. Keluhan lemah, sesak napas pada malam hari, penambahan berat badan dengan cepat dari 50 ke 65 kg, pasien tampak edema pada bagian kaki, turunnya rentang gerak. Pasien mengatakan susah buang air kecil, nyeri pada panggul. Pasien menjalani cuci darah (hemodialisa) 2 kali/minggu selama 1 tahun. Pasien tampak gelisah, susah tidur hanya 4-5 jam/hari, kulitnya tampak pucat, tidak selera makan, demam, kulit gatal, mual, sakit kepala, mata tampak sayup, cemas. Pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang sama. Pasien memiliki riwayat hipertesi dan pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami diabetes melitus. Tekanan Darah : I70/110, RR: 30x/menit, Nadi : 85x/menit, Temperatur: 38°, Tinggi Badan :160 cm. Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan : Hemoglobin 8,4 gr/% (Normal :  12-15 gr/%) Hematokrit 26,4 % (Normal 35-47 %), Eritrosit 3,5 juta/mmk (N 3,9-5,6 juta/mmk) Leukosit 6,30 ribu/mmk (N 4-11 ribu/mmk) Ureum 153 Mg/dl (N 15-39 Mg/dl) Kreatinin 9,8 Mg/dl (Normal :  0,6-1,3 Mg/dl).
2.2.   Asuhan keperawatan
2.2.1.      Pengkajian
2.2.1.1.            Identitas
Nama                           : Ny. A
Umur                           : 45 tahun
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Swasta
Alamat                         : Kacen lawa ungaran barat, Semarang
Tanggal masuk             : 23 Juli 2013
Diagnosa medis           : CKD (Gagal Ginjal Kronis)

2.2.1.2.            Riwayat Penyakit
a.       Keluhan utama :
Lemah dan sesak napas pada malam hari.
b.      Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Dr.Ramelan Surabaya dengan keluhan lemah, sesak napas pada malam hari, penambahan berat badan dengan cepat dari 50 ke 65 kg, edema pada bagian kaki, turunnya rentang gerak. Pasien mengatakan sulit buang air kecil dan nyeri pada panggul. Pasien merasa gelisah, susah tidur hanya 4-5 jam/hari, kulitnya tampak pucat, tidak selera makan, demam, kulit gatal, mual, sakit kepala dan cemas. Setelah dokter melakukan pemeriksaan dan kondisi pasien dalam keadaan buruk, maka dokter memutuskan Ny. A agar rawat inap untuk dilakukan terapi lebih lanjut.
c.       Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang sama.
d.      Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan dalam keluarganya ada yang terkena hipertensi dan tidak ada yang memiliki penyakit diabetes melitus.
2.2.1.3.            Pola Fungsi Kesehatan
1.      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Pasien mengatakan dirinya mengalami gagal ginjal tetapi ia
tidak mengetahui tentang gagal ginjal yang dideritanya. Pasien
tidak tahu apa yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal, akibat
lanjut gagal ginjal dan  tidak tahu tentang cara perawatannya.
2.      Pola istirahat dan tidur :
-          Sebelum sakit       : Pasien tidur pada malam hari selama 7 jam.
-          Selama sakit          : Pasien tidak bisa tidur karena sesak yang dialaminya.
3.      Pola Nutrisi :
-          Sebelum sakit       : Pasien makan 3 kali sehari, makan habis 1 porsi mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, buah, nafsu makan baik, minum 3-4 gelas perhari air putih.
-          Selama sakit : Pasien makan 3 kali sehari, porsi sedikit, tidak habis 1 porsi (2-3 sendok  makan). Minum 1 gelas belimbing, pasien merasakan mual-mual sehingga nafsu  makan  pasien menurun.
4.      Pola eliminasi :
-          Sebelum sakit       : Pasien BAB 1 kali  perhari,  warna  kuning, konsistensi lunak. BAK 3-4 kali perhari, warna kuning jernih.
-          Selama sakit : Pasien BAB 1 kali per 3 hari , konsistensi agak keras, BAK lewat selang kateter, jumlah urine dalam 24 jam adalah 35 cc, warna keruh.
5.      Pola aktivitas :
-          Sebelum sakit       : Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan tidak ada gangguan rasa sakit.
-          Selama sakit          : Pasien aktivitasnya dibantu keluarga, karena sesak napas pasien kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-harinya selain itu pasien juga mengeluh lemah, letih dan lesu.
5.1.1.1.            Pemeriksaan Fisik
1.      Tanda-tanda vital
TD                : I70/110 mmHg
Nadi             : 85x/menit
Respirasi        : 30x/menit
Temperatur    : 38° C
5.1.2.      Malpraktek Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
5.1.2.1.            Pengertian Malpraktik
Malpraktik kegagalan seseorang profesional dalam melaksanakan tindakan profesi. Pertanggung jawaban secara hokum. Kegagalan tergugat dalam kasus malpraktik dapat ditutut pertanggungjawabannya. Mereka tidak “bersalah” akibat malpraktik tersebut, “kesalahan”hanya berlaku bagi pelaku/ tergugat yang gagal dalam kasus pidana. Malpraktik dikategorikan kedalam tindak perdata, bukan pidana. (Gruendemen. 2005 :  126)
Malpraktik dalam definisi medik pada intinya mengandung salah satu unsure berikut :
1.      Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran.
2.      Dokter memberikan pelayanan medic dibawah standar
3.      Dokter melakukan kelalaian berat atau kurang hati-hati, yang dapat mencakup :
a.       Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan, atau
b.      Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan.
4.      Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.
Dalam praktiknya banyak sekali hal yang dapat dianjurkan sebagai malpraktik, seperti salah diagnosis atau terlambat diagnosis karena kurang lengkapnya pemeriksaan, pemberian terapi yang sudah ketinggalan zaman, kesalahan teknis waktumelakukan pembedahan, salah dosis obat, salah metode tes atau pengobatan, perawatan yang tidak teapat, kelalaian dalam pemantauan pasien, kegagalan komunikasi, dan kegagalan peralatan. (Hanafiah. 2009 : 97)
Malpraktek yang merupakan bentuk pelanggaran terhadap kaidah-kaidah profesi, dimasa yang akan datang merupakan masalah yang cukup menarik untuk didiskusikan khususnya yang terkait dengan malpraktek bidang keperawatan, yang selama ini kurang mendapat perhatian misalnya untuk menangani masalah yang terkait dengan pelanggaran etika bidang keperawatan , PPNI baru membentuk suatu badan yaitu Majelis Kode Etik Keperawatan ( Anggaran Dasar PPNI Bab VIII) pada tanggal 25 Januari 2002 dimana badan ini berkewenangan menyelidiki dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etik profesi keperawatan sebagaimana pada Anggaran Dasar PPNI padaPasal 27 yang berbunyi “Majelis Kode Etik berkewenangan menyelidiki dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etik profesi keperawatan”.
5.1.2.2.            Elemen Kasus
Hal terpenting dari diskusi pengabaian atau malpraktik ditemukan dalam elemen hukum suatu kasus, elemen hokum adalah elemen yang harus dibuktikan oleh penuntut umum agar penggugat (klien yang cedera secara perdata/pidana) berhasil memenuhi tuntutanya. Penggugat mempunyai burden of proff untuk memperkuat posisinya antara lain :
1.      Standar perawatan : tindakan yang beralasan dan cermat yang harus perawatan lakukan.
2.      Kegagalan untuk memenuhi standar perawatan; perawat sebagai tergugat lalai dalam melakukan tindakan yang seharusnya.
3.      Penyebab : perawat sebagai tergugat terbukti gagal melakukan tindakan yang seharusnya ternyata menyebabkan klien cedera.
4.      Cedera.
( Gruendemen. 2005 :  126)
Oleh karena itu, penggugat harus menunjukkan bukti berdasarkan setiap elemen ini. Hakim dilarang berspekulasi atau melakukan dugaan terhadap apa yang mereka pikirkan, harapkan, atau rasakan mengenai kasus. Hakim dituntut untuk mengeluarkan keputusan yang dilandasi oleh bukti.( Gruendemen. 2005 :  127)
5.1.2.3.            Bukti digunakan untuk menetapkan elemen :
Biasanya, bukti dimaksudkan untuk menetapkan rasionalisasi dan kecermatan tindakan yang telah dilakukan pearwat perioperatif, mencakup :
1.    Kesaksian dari saksi ahli. Kesaksian dari perawat lain, terutama pearwat peripoeratif, digunakan untuk menerangkan kepada hakim tentang rasionalisasi tindakan yang telah dilakukan perawat perioperatif dalam kondisi serupa.
2.    Kebijakan dan prosedur institusi. Keduanya cukup persuasif dalam mengatasi masalah yang berkenaan dengan tindakan yang seharusnya pearwat lakukan, karena ditulis oleh pearwat yang benar-benar bekerja di lingkungan insiden.
3.    Aturan administrative dan undang-undang yang dapat diterapkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, undang-undang kurang menggambarkan tindakan yang seharusnya perawat lakukan dalam situasi tertentu, tetapi hal tersebut dapat digunakan sebagai bukti dan pedoman bagi mereka yang melakukan tindakan.
4.    Standard an praktik yang direkomendasikan oleh asosiasi profesional terkait.
5.    Literatur profesional. Jurnal dan buku profesional yang telah diterbitkan juga dapat digunakan untuk membantu hakim. (Gruendemen. 2005 :  127)

5.1.2.4.            Kasus Malpraktik
Seorang warga di Tegal, Jawa Tengah tewas diduga akibat mal praktek saat dirawat di rumah sakit. Awalnya korban yang menderita Gagal Ginjal Kronis diberi cairan infus yang sudah kadaluarsa saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal sehingga kondisinya terus memburuk dan akhirnya tewas. Sementara itu pihak Rumah Sakit Mitra Siaga mengatakan, pemberian infus kadaluarsa tersebut bukan merupakan kesengajaan.
Solihul, warga Surodadi, Tegal, Jawa Tengah meninggal Selasa (25/03/08) kemarin, di Rumah Sakit Harapan Anda Tegal. Tangis keluarga korban pun tak terbendung saat mengetahui korban sudah meninggal. Istri korban Eka Susanti bahkan berkali-kali tak sadarkan diri. Salah satu keluarga korban berteriak-teriak histeris sambil menunjukkan sisa infus kadaluarsa yang diberikan ke korban saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal Sabtu pekan lalu tempat sebelumnya korban dirawat. Pada kemasan infus tertera tanggal kadaluarsa 14 Januari 2008. Keluarga korban menuding pemberian infus kadaluarsa inilah yang menyebakan korban meninggal. Pihak Rumah Sakit Mitra Siaga dinilai teledor karena memberikan infus yang sudah kadaluarsa. Menurut keluarga korban, sejak diberi infus kadaluarsa, kondisi korban terus memburuk. Korban yang menderita Gagal Ginjal Kronis awalnya dirawat di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal selama 10 hari. Karena tak kunjung sembuh, pihak keluarga kemudian memutuskan merujuk korban ke RSI Islam Harapan Anda Tegal. Korban langsung menjalani perawatan di ruang ICU. Namun tiga hari menjalani perawatan di ICU kondisi korban terus memburuk, hingga akhirnya meninggal dunia.
Direktur Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal, Dokter Wahyu Heru Triono mengatakan, tidak ada unsur kesengajaan dalam kasus infus kadaluarsa yang di berikan kepada pasien Solihul, namun pihaknya mengakui insiden ini menunjukkan adanya kelemahan monitoring logistik farmasi. Meski belum dapat dipastikan meninggalnya korban akibat infus kadaluarsa, pihaknya akan menjadikan kasus ini sebagai evaluasi untuk memperbaiki monitoring logistik farmasi. Sementara itu keluarga korban mengaku tetap akan menuntut pertanggungjawaban pihak Rumah Sakit Mitra Siaga atas terjadinya kasus ini. Pasalnya, tidak saja telah kehilangan nyawa, namun keluarga korban tetap harus membayar biaya perawatan sebesar 7 juta rupiah. (26-Mar-2008 PATROLI INDOSIAR)

5.1.3.      Problem Solving Masalah Malpraktik
Dalam mencegah kesalahan tersebut diatas,  sebagai perawat professional jangan hanya megira-ngira dalam membuat rencana keperawatan tanpa dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Seharusnya dalam menulisan harus dengan pertimbangan yang jelas dengan berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana harus realistik, berdasarkan standar yang telah ditetapkan termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan. Bekerja berdasarkan rencana dan dilakukan secara hati-hati instruksi yang ada. Setiap pendapatnya perlu divalidasi dengan teliti.
Ada pula Intervention errors, yang termasuk dalam kegagalan menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan mengikuti/mencatat order/perintah dari dokter atau dari supervisor. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca perintah/order, mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya nampaknya pada tindakan pemberian obat, oleh karena itu perlunya komunikasi baik diantara anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education).
Beberapa contoh kesalahan perawat :
1.         Pada pasien usia lanjut, pasien mengalami disorientasi pada saat berada diruang perawatan. Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memonitoring dan mempertahankan keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai.
2.         Pada pasien dengan pasca bedah disarankan untuk melakukan ambulasi. Perawat secara drastis menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan, pada hal disaat itu pasien mengalami demam, denyut nadi cepat, dan mengeluh nyeri abdomen. Perawat melakukan ambulasi pada pasien sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien. Pasien kemudian bangun dan berjalan, pasien mengeluh pusing dan jatuh sehingga pasien mengalami trauma kepala.
            Untuk mencegah hal yang bersangkutan dengan malpraktek sangat perlu bagi seorang perawat berupaya melakukan sesuatu guna mencegah terjadinya tuntutan malpraktik yaitu upaya mempertahankan standar pelayanan/asuhan yaqng berkualitas tinggi. Hal ini dilakukan dalam pekerjaan sebagai perawat yaitu meningkatkan kemampuan dalam praktik keperaweatan dan menciptakan iklim yang dapat mendorong peningkatan praktik keperawatan., yaitu :
1.       Kesadaran diri (self-awareness):
Yaitu mengidentifikasi dan memahami pada diri sendiri tentang kekutan dan kelamahan dalam praktik keperawatan. Bila terindentifikasi akan kelemahan yang dimiliki maka berusahalah untuk mencari penyelesaiannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan, pengalaman langsung, atau berdiskusi dengan teman sekerja/kolega. Apabila berhubungan seorang supervisor, sebaiknya bersikap terbuka akan kelemahannnya dan jangan menerima tanggung jawab dimana perawat yang bersangkutan belum siap untuk itu. Jangan menerima suatu jabatan atau pekerjaan kalau menurut kriteria yang ada tidak dapat dipenuhi.
2.       Beradaptasi terhadap tugas yang diemban
Tenaga keperawatan yang diberika tugas pada suatu unit perawatan dimana dia merasa kurang berpengalaman dalam merawat pasien yang ada di unit tersebut, maka sebaiknya perawat perlu mengikuti program orientasi/program adaptasi di unit tersebut. Perawat perlu berkonsultasio dengan perawat senior yang ada diunit tersebut.
3.       Mengikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya harus sealu mempertimbangkan kebijakan dan prosedur yang berlaku di unit tersebut. Ikuti kebijakan dan prosedur yang berlaku secara cermat, misalnya kebijakan/prosedur yang berhubungan dengan pemberian obat pada pasien.
4.       Mengevaluasi kebijakan dan prosedur yang berlaku
Ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan bersifat dinamis artinya berkembang secara terus menerus. Dalam perkembangannya, kemungkinan kebijakan dan prosedur yang ada diperlukan guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Oleh krena itu itu ada kebutuhan untuk menyeuaikan kebijakan dan proseudr atau protokol tertentu. Untuk itu merupakan tanggung jawab perawat profesional bekerja guna mempertahankan mutu pelayanan sesuai dengan tuntutan perkembangan.
5.       Pendokumentasian
Pencatatan perawat dapat dikatakan sesuatu yang unit dalam tatanan pelayanan kesehatan, karena kegiatan ini dilakukan selama 24 jam. Apa yang dicatat oleh perawat merupakan faktor yang krusial guna menghindari suatu tuntutan. Dokumentasi dalam suatu pencatatan adalah laporan tentang pengamatan yang dilakukan, keputusan yang diambil, kegiatan yang dilakukan, dan penilaian terhadap respon pasien.
Oleh karena setiap kasus ditentukan adanya fakta yang mednkung suatu tuntutan, maka diperlukan pencatatan yang jelas dan relevan. Pencatatan diperlukan secara jelas, benar, dan jelas sehingga dapat dipahami. Pedoman guna mencegah terjadinya malpraktik, sebagai berikut :
1.    Berikan kasih sayang kepada pasien sebagaimana anda mengasihi diri sendiri. Layani pasien dan keluarganya dengan jujur dan penuh rasa hormat.
2.    Gunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat dan laksanakan intervensi keperawatan yang diperlukan. Perawat mempunyai kewajiban untuk menyusun pengkajian dan melaksanakan pengkajian dengan benar.
3.    Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lainnya ragu-ragu terhadap tindakan yang akan dilakukan atau kurang merespon terhadap perubahan kondisi pasien, diskusikan bersama dengan tim keperawatan guna memberikan masukan yang diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.
4.    Tanyakan saran/order yang diberikan oleh dokter jika : Perintah tidak jelas, masalah itu ditanyakan oleh pasien atau pasien menolak, tindakan yang meragukan atau tidak tepat sehubungan dengan perubahan dari kondisi kesehatan pasien. Terima perintah dengan jelas dan tertulis.
5.    Tingkatkan kemampuan anda secara terus menerus, sehingga pengetahuan/kemampuan yang dimiliki senantiasa up-to-date. Ikuti perkemangan yang terbaru yang terjadi di lapangan pekerjaan dan bekerjalah berdasarkan pedoman yang berlaku.
6.    Jangan melakukan tindakan dimana tindakan itu belum anda kuasai.
7.    Laksanakan asuhan keperawatan berdasarkan model proses keperawatan. Hindari kekurang hati-hatian dalam memberikan asuhan keperawatan.
8.    Catatlah rencana keperawatan dan respon pasien selama dalam asuhan keperawatan. Nyatakanlah secara jelas dan lengkap. Catatlah sesegera mungkin fakta yang anda observasi secara jelas.
9.    Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya. Biasakan bekerja berdasarkan kebijakan organisasi/rumah sakit dan prosedur tindakan yang berlaku.( Vestal, K.W. 1995)
10.     Pelimpahan tugas secara bijaksana, dan ketahui lingkup tugas masing-masing. Jangan pernah menerima atau meminta orang lain menerima tanggung jawab yang tidak dapat anda tangani.





Currently have 0 komentar:


Leave a Reply