Minggu, 06 Oktober 2013
Kelompok 4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABSES PERINEFRITIK
Posted by Sistem Perkemihan 2 | Minggu, 06 Oktober 2013 | Category:
|
KEPERAWATAN
SISTEM PERKEMIHAN II
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABSES
PERINEFRITIK
Oleh:
Kelompok 4
1. Dessy
Nur Milata (101.0019)
2. Dita
Eka C (101.0025)
3. Fitria
Gita N (101.0043)
4. Meylisa
Kusuma D (101.0071)
5. Puspitasari A (101.0087)
6. Sarah
Anindhita (101.0101)
ABSES
Abses adalah rongga yang berisi nanah.
Tanda utamanya dari suatu abses adalah fluktuasi, meskipun tidak selalu
terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir, bengkak dan nyeri tekan langsung
pada rongga abses adalah tanda yang khas juga. (Eliastam, Michael.1998 : 183)
Terapinya memerlukan insisi dan drainase
cairan purulen. Antibiotik dapat sebagai tambahan tapi bukan terapi primer.
(Schwartz .2000 : 49)
Abses disebabkan oleh flora bacterial
campuran yang berkisar sekitar 2,5 spesies bakteri 1,6 diantaranya
merupakanbakteri anaerob sementara 0,9 lainnya adalah bakteri aerob atau
fakultatif. Bakteri komensal dari tempat-tempat disekitarnya merupakan penyebab
abses yang biasa ditemukan sehingga spesies bakteri dalam abses secara tipikal
merupakan spesies yang ditemukan dalam flora normal. (Richard N.mitchell.2008 :
230)
1.
2.
2.1.
Abses
Ginjal
Abses
ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang
terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih
yang terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses
di permukaan ginjal (abses perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya
suatu abses di dalam ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan jaringan
di sekitarnya. Gejala dari abses ginjal adalah:
a)
Demam, menggigil.
b)
Nyeri di punggung sebelah bawah.
c)
Nyeri ketika berkemih.
d)
Air kemih mengandung darah
(kadang-kadang).
Abses
Perinefrik (Abses perirenal)
Abses perinefrik adalah abses renal yang
meluas kedalam jaringan lemak disekitar ginjal. Ini dapat diakibatkan oleh
infeksi ginjal, seperti pielonefritis atau dapat terjadi secara hematogen (
menyebar melalui aliran darah ) yang berasal dari bagian mana saja di tubuh.
Organisme penyebab mencangkup Staphylococcus, proteus dan E.coli. kadang-kadang
infeksi menyebar dari area yang berdekatan, seperti divertikulatis atau
apendisitis. (Smeltzer. 2001 : 1437)
Abses perinefrik sering terjadi akibat
penyebaran hematogen atau sekunder akibat obstruksi renal dan pada penderita
diabetes lebih rentan (Pradip R. Patel.2007 :157)
Abses perinefrik/pionefrosis memiliki
karakteristik nyeri tekan akut, timbul tanda-tanda sistemik, namun abses jarang
menjadi besar. (Pierce A, Grace & Neil R. Borley. 2006 : 35)
Abses perinefrik terdiri atas abses
diluar ginjal yang biasanya dibebabkan oleh infeksi diluar pielum. Sering
disertai batu pielum. Berangsur-angsur abses menjadi besar sampai dapat diraba.
Pada pemeriksaan ditemukan piuria dan pada pemeriksaan ultrasonografi dilihat
ruang abses diluar ginjal. ( Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Terapi terdiri atas penyaliran,
sering ginjal sudah tidak berfungsi lagi sehingga nefrektomi harus dianjurkan. (
Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Pasien abses perinefrik yang harus mendapat
perhatian lebih adalah dengan nyeri
sudut kostovertebra yang hebat, rigiditas otot-otot daerah panggul, massa
daerah panggul atau demam tinggi, terutama jika infeksinya resisten terhadap
terapi antibiotika. ( Eliastam, Michael.1998 : 165)
Abses perinefrik ini biasanya
mengikuti perforasi dari infeksi ginjal atau abses kedalam rongga perinefrik.
Pasien datang dengan demam tinggi dan abdomen yang keras. Pada radiografi tidak
terlihat adanya bayangan psoas dan tulang belakang mencembung kearah lesi.
Terapi membutuhkan drainase dan antibiotika jangka panjang. (Schwartz.2000:
586)
Etiologi
Beberapa agen bakteri penyebab abses
perirenal, meliputi Esherichia coli, Proterus, dan Staphylococcus aureus.
Beberapa bakteri gram negatif lain dapat menyebabkan infeksi ini meliputi
Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Serratia, dan Citrobacter spesies.
Penyebab lainnya adalah jamur, terutama
Candida biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes. Faktor predisposisi
mencakup pembedahan (termasuk transplantasi ginjal) dan terapi antibiotik
berkepanjangan. (Musttaqin. 2012 : 122)
Manifestasi
Klinis
Manifestasi yang terjadi sering akut awitan,
disertai menggigil, demam, lekositosis, nyeri tumpul atau teraba massa di
panggul : nyeri abdomen dan nyeri tekan sudut konstovertebral sakit berat.
Penatalaksaannya dengan insisi abses, didrainase dan
kultur serta sensivitas dari seluruh cairan darinase diperiksa. Terapi
antimikrobial yang tepat diresepkan.
Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan diruangan
perinefrik sampai drainase signifikan keluar seluruhnya. Karena cairan drainase
biasanya banyak, maka diperlukan penggantian balutan luar dengan sering.
Seperti pada penanganan abses disetiap tempat, pasien dipantau terhadap adanya
sepsis, masukan dan haluaran cairan, dan respons umum terhadap penanganan.
(Smeltzer. 2001 : 1438)
Patofisiologi
Mekanisme yang paling umum terjadi untuk abses
bakteri gram-gram negatif adalah pecahnya abses kortikomedular, sementara
mekanisme yang paling umum untuk pengembangan infeksi staphylococcal adalah
pecahnya abses kortikal ginjal. Temuan ini sering diamati dalam hubungan dengan
operasi ginjal sebelumnya seperti nephrectomy parsial atau nefrolisiasis atau
paling sering, sebagai komplikasi diabetes mellitus (Bolkier, 1991).
(Musttaqin. 2012 : 122)
Pasien
dengan penyakit ginjal polikistik yang menjalani hemodialisis mungkin sangat
rentan untuk mengembangkan abses perirenal 62% dari kasus. Faktor predisposisi
untuk abses perirenal meliputi neurogenik kandung kemih, refluks
vesicoureteral, obstruksi kandung kemih, nekrosis papiler ginjal, TBC saluran
kemih, trauma ginjal, imunosupresi, dan penyalahgunaan narkoba suntikan.
Ketika pecah, infeksi abses perirenal
melalui fasia gerota ke riuang pararenal, keadaan tersebut mengarah pada
pembentukan abses pararenal. Abses parerenal juga dapat disebabkan oleh
gangguan dari pancreas, usus, hati, kantung empedu, prostat, dan rongga pleura,
dan mereka mungkin disebabkan oleh osteomielitis tulang rusuk yang berdekatan
atau tulang belakang.
Respons terbentuknya abses pada perineal
akan memberikan manifestasi reaksi lokal yang sistemik. Reaksi lokal memberikan
respons inflamasi lokal dengan adanya keluhan nyeri kostovetebral. Respons
sistemik akan menimbulkan masalah peningkatan suhu tubuh, kelemahan fisik umum,
serta ketidakseimbangan nutrisi dan kecemasan. (Musttaqin. 2012 : 122)
Pengkajian
Anamnesis
Keluhan utama yang sering dikeluhkan
bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi saluran kemih. Infeksi
bisa diikuti dalam 1-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang atau
kostovertebra.( Musttaqin. 2012 :122)
Keluhan nyeri daerah pingggang atau
kostovertebra misalnya disertai adanya peningkatan suhu tubuh, demam, sampai
menggigil. Pasien mengeluh adanya massa pada daerah pinggang disertai penurunan
nafsu makan. Keluhan lainnya adalah nyeri perut, disuria, penurunan berat
badan, malaise, dan gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu penting bagi
perawat untuk mengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit
bisul atau karbunkel pada daerah tubuh lainnya, adanya riwayat demam sampai
menggigil. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit diabetes mellitus. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
Pada
pengkajian psikososiokultural, adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan
pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa cemas
pada pasien. (Musttaqin. 2012 :123)
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat
denagn tingkat kesadran biasanya compos metis. Pada TTV sering didapatkan
adanya perubahan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami
peningkatan, frekunsi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut
nadi. Tekanan darah tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya
penyakit hipertensi renal.
(Musttaqin.
2012 :124)
Pemeriksaan
Fisik Fokus
1.
Inspeksi : Terdapat pembesaran pada
daerah kostovertebral. Pada abses yang mengenai kedua ginjal sering didapatkan
penurunan urine output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal. Pasien
mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisi kontralateral.
2.
Palpasi : Didapatkan adanya massa
pembesaran ginjal pada area konstovertebra.
3.
Perkusi : perkusi pada sudut
kontovertebra memberikan stimulus nyeri lokal disertai suatu penjalaran nyeri
ke pinggang dan perut. (Musttaqin. 2012
:124)
1.1.
1.1.1.
1.1.2.
1.1.3.
1.1.4.
1.1.5.
1.1.6.
1.1.6.1.
Pengkajian
Diagnostik
1.
Laboratorium : Pemerikasaan urinalisis
menunjukkan adanya piuria dan hematuria, kultur urine menunjukkan kuman
penyebab infeksi, sedangkan pada pemeriksaan darah terdapat leukositosis dan
laju endap darah yang meningkat.
2.
Radiografi :
Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan
lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih.
Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya cairan pus didalam perirenal.
3.
Radiografi : Pemerikasaan foto polos
abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah pinggang, bayangan psoas
menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau
bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemerikasaan Ct scan dapat
menunjukkan adanya cairan pus didalam parirenal.
4. Ultrasonografi
: Pemeriksaan menunjukkan cairan abses. (Musttaqin. 2012 :124)
Penatalaksanaan
Medis
1.
Drainase abses perkutan. Aspirasi
drainase perkutan dengan panduan ultrasonografi memberikan manifestasi
kerusakan jaringan minimal. Hasil drainase dilakukan kultur, serta sensitivitas
dari seluruh cairan drainase. Keuntungan drainase perkutan meliputi : menghindari
anestesi umum dan bedah, lebih diterima baik fisik maupun psikososial oleh
pasien, biaya rendah, mempermudah perawat pascaprosedur, serta memperpendek
hari rawat. Sementara itu, kerugiannya meliputi : infeksi jamur, pembentukan
kalsifikasi, drainase buntu oleh drainase purulen, terbentuk rongga
retroperitoneal, serta emfisematous dalam ginjal.
2.
Terapi bedah. Pada kondsi tertentu,
seperti abses fistula ginjal-enterik, mungkin memerlukan intervensi bedah
segera.
3.
Pemberian antimikroba yang sesuai dengan
hasil uji sensivitas yang bersifat bakterisidal, dan berspektrum luas. Drain
biasanya dimasukkan dan dibiarkan di ruang perirenal sampai seluruh drainase
signifikan keluar seluruhnya. Seperti pada penanganan abses disetiap tempat,
pasien dipantau terhadap adanya sepsis, intake dan ouput cairan, serta respons
umum terhadap penanganan dang anti balutan sesering mungkin.
4.
Simtomatik, untuk menurunkan keluhan
nyeri dan demam. (Musttaqin. 2012 :125)
1.1.7.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1.
Nyeri berhubungan dengan pasca drainase
abses, proses inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya abses renal.
2.
Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik
sekunder adanya abses renal
3.
Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake nutrisi
4.
Gangguan activity daily living (ADL)
berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum
5.
Kecemasan berhubungan dengan prognosis
penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan (Musttaqin. 2012
:125)
WOC
(Web of Caution
Malpraktek
Dalam Kasus Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan
Ny.
T usia 45 tahun dua hari yang lalu telah
menjalani operasi abses perinefrik (fistula ginjal enterik) di ginjal sebelah
kiri. Namun setelah dilakukan pembedahan, pasien selalu mengeluhkan nyeri yang
sangat hebat di pinggang sebalah kirinya tersebut. Perawat yang menangani Ny. T
hanya memberitahukan bahwa itu mungkin efek dari operasi, nanti juga hilang
sendiri dan perawat tersebut tidak mengkaji data/informasi secara adekuat
tehadap pasien tersebut. Rawat luka operasi sudah dilakukan sesuai jadwal,
pasien juga terpasang drainase untuk memeriksa kultur cairan yang keluar,
penggantian balutan luar juga sering dilakukan, kebutuhan cairan pasien pun
terpenuhi sesuai advice dokter, namun
walaupun diberikan analgesik untuk meredakan nyeri, pasien masih mengeluhkan
nyeri. Akhirnya dokter pun menyarankan Ny. T untuk dilakukan foto abdomen. Dari
situ diketahui bahwa di tempat yang beberapa hari lalu dioperasi terdapat
lembaran kasa yang tertinggal. Dokter pun menjadwalkan operasi pengeluaran
benda asing tersebut. Ny. T pun terpaksa harus dioperasi kembali untuk
mengeluarkan kasa yang tertinggal tersebut agar tidak membahayakan
kesehatannya. Hal tersebut sudah barang tentu merupakan suatu tindakan
malpraktik yang dilakukan oleh tenaga medis.
Issue
dan Malpraktik Dalam Keperawatan
Menurut Guwandi (1994) dalam buku Kelalaian Medik (medical negligence) mendefinisikan “Malpractice
is the neglect of a physician or nuse to apply that degree of skil and learning
on treating and nursing a patient which is customarily applied in treating and
caring for the sick or wounded similiarly in the same community.” Yang dapat diartikan bahwa malpraktik adalah
kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat
ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan
merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan
batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada
seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya
sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap malpraktek dalam keperawatan maka
malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk menggambarkan kelalaian
perawat dalam melakukan kewajibannya.
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara
bersamaan dalam kaitan malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri.
Kelalaian adalah melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh
aturan/hukum guna melindungi orang lain yang bertentangan dengan
tindakan-tindakan yang tidak beralasan dan berisko melakukan kesalahan (Keeton,
1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998).
Menurut Hanafiah dan Amir (1999)
mengatakan bahwa kelalaian adalah sikap yang kurang hati-hati, yaitu tidak
melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar,
atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut.
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa
kelalaian lebih bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati-hati,
acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain, namun
akibat yang ditimbulkan memang bukanlah menjadi tujuannya. Kelalaian bukanlah
suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa
kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya (Hanafiah
& Amir, 1999). Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,
mencelakakan bahkan merengut nyawa orang lain, maka ini dklasifikasikan sebagai
kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminal.
Malpraktek tidaklah sama dengan kelalaian.
Malpraktik sangat spesifik dan terksait dengan status profesional dari pemberi
pelayanan dan standar pelayanan profesional Malpraktik adalah kegagalan seorang
profesional (misalnya dokter dan perawat) melakukan sesuai dengan standar
profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki ketrampilan dan
pendidikan (Vestal,K.W, 1995). Hal ini bih dipertegas oleh Ellis &
Hartley (1998) bahwa malpraktik adalah suatu batasan spesifik dari kelalaian.
Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan oleh yang telah terlatih secara
khusus atau seseorang yang berpendidikan yang ditampilkan dalam pekerjaannya.
Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan untuk menggambarkan kelaliaian
oleh perawat dalam melakukan kewjibannya sebagai tenaga keperawatan.
Kelalaian memang termasuk dalam arti
malpraktik, tetapi didalam malpraktik tidak selalu harus ada unsur kelalaian.
Malpraktik lebih luas daripada negligence.Karena selain mencakup arti
kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan
dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar Undang-undang.
Didalam arti kesengajaan tersirat ada motifnya (guilty mind) sehingga
tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik
adalah :
1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh
dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan.
2. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan
atau melalaikan kewajibannya (negligence)
3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Problem
solving
Dalam mencegah kesalahan tersebut diatas, sebagai perawat professional jangan hanya
megira-ngira dalam membuat rencana keperawatan tanpa dipertimbangkan dengan
sebaik-baiknya. Seharusnya dalam menulisan harus dengan pertimbangan yang jelas
dengan berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi
rencana berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana harus realistik,
berdasarkan standar yang telah ditetapkan termasuk pertimbangan yang diberikan
oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan
tulisan. Bekerja berdasarkan rencana dan dilakukan secara hati-hati instruksi
yang ada. Setiap pendapatnya perlu divalidasi dengan teliti.
Ada pula Intervention
errors, yang termasuk dalam kegagalan
menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan
keperawatan secara hati-hati, kegagalan mengikuti/mencatat order/perintah dari
dokter atau dari supervisor. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering
terjadi adalah kesalahan dalam membaca perintah/order, mengidentifikasi pasien
sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive
therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya nampaknya pada
tindakan pemberian obat, oleh karena itu perlunya komunikasi baik diantara
anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya
rumah sakit tetap melaksanakan program pendidikan berkelanjutan (Continuing
Nursing Education).
Beberapa contoh kesalahan perawat :
1. Pada pasien usia lanjut, pasien mengalami
disorientasi pada saat berada diruang perawatan. Perawat tidak membuat rencana
keperawatan guna memonitoring dan mempertahankan keamanan pasien dengan
memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian
terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah
tulang tungkai.
2. Pada pasien dengan pasca bedah disarankan untuk
melakukan ambulasi. Perawat secara drastis menganjurkan pasien melakukan
mobilisasi berjalan, pada hal disaat itu pasien mengalami demam, denyut nadi cepat,
dan mengeluh nyeri abdomen. Perawat melakukan ambulasi pada pasien sesuai
rencana keperawatan yang telah dibuat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi
pasien. Pasien kemudian bangun dan berjalan, pasien mengeluh pusing dan jatuh
sehingga pasien mengalami trauma kepala.
Untuk mencegah hal yang bersangkutan dengan
malpraktek sangat perlu bagi seorang perawat berupaya melakukan sesuatu guna
mencegah terjadinya tuntutan malpraktik yaitu upaya mempertahankan standar
pelayanan/asuhan yaqng berkualitas tinggi. Hal ini dilakukan dalam pekerjaan
sebagai perawat yaitu meningkatkan kemampuan dalam praktik keperaweatan dan
menciptakan iklim yang dapat mendorong peningkatan praktik keperawatan., yaitu
:
1. Kesadaran diri (self-awareness):
Yaitu mengidentifikasi dan memahami pada
diri sendiri tentang kekutan dan kelamahan dalam praktik keperawatan. Bila
terindentifikasi akan kelemahan yang dimiliki maka berusahalah untuk mencari
penyelesaiannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan,
pengalaman langsung, atau berdiskusi dengan teman sekerja/kolega. Apabila
berhubungan seorang supervisor, sebaiknya bersikap terbuka akan kelemahannnya
dan jangan menerima tanggung jawab dimana perawat yang bersangkutan belum siap
untuk itu. Jangan menerima suatu jabatan atau pekerjaan kalau menurut kriteria
yang ada tidak dapat dipenuhi.
2. Beradaptasi terhadap tugas yang diemban
Tenaga keperawatan yang diberika tugas
pada suatu unit perawatan dimana dia merasa kurang berpengalaman dalam merawat
pasien yang ada di unit tersebut, maka sebaiknya perawat perlu mengikuti
program orientasi/program adaptasi di unit tersebut. Perawat perlu
berkonsultasio dengan perawat senior yang aa diunit terbut
3. Mengikuti kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan
Seorangmperawat dalam melaksanakan
tugasnya harus sealu mempertimbangkan kebijakan dan prosedur yang berlaku di
unit tersebut. Ikuti kebijakan dan prosedur yang berlaku secara cermat,
misalnya kebijakan/prosedur yang berhubungan dengan pemberian obat pada pasien.
4. Mengevaluasi kebijakan dan prosedur yang
berlaku
Ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan
bersifat dinamis artinya berkembang secara terus menerus. Dalam
perkembangannya, kemungkinan kebijakan dan prosedur yang ada diperlukan guna
menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Oleh krena itu itu ada kebutuhan
untuk menyeuaikan kebijakan dan proseudr atau protokol tertentu. Untuk itu
merupakan tanggung jawab perawat profesional bekerja guna mempertahankan mutu
pelayanan sesuai dengan tuntutan perkembangan.
5. Pendokumentasian
Pencatatan perawat dapat dikatakan sesuatu
yang unit dalam tatanan pelayanan kesehatan, karena kegiatan ini dilakukan
selama 24 jam. Apa yang dicatat oleh perawat merupakan faktor yang krusial guna
menghindari suatu tuntutan. Dokumentasi dalam suatu pencatatan adalah laporan
tentang pengamatan yang dilakukan, keputusan yang diambil, kegiatan yang
dilakukan, dan penilaian terhadap respon pasien.
Oleh karena setiap kasus ditentukan adanya fakta yang mednkung
suatu tuntutan, maka diperlukan pencatatan yang jelas dan relevan. Pencatatan
diperlukan secara jelas, benar, dan jelas sehingga dapat dipahami. Pedoman guna
mencegah terjadinya malpraktik, sebagai berikut :
1. Berikan kasih sayang kepada pasien sebagaimana
anda mengasihi diri sendiri. Layani pasien dan keluarganya dengan jujur dan
penuh rasa hormat.
2. Gunakan pengetahuan keperawatan untuk
menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat dan laksanakan intervensi
keperawatan yang diperlukan. Perawat mempunyai kewajiban untuk menyusun
pengkajian dan melaksanakan pengkajian dengan benar.
3. Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan
lainnya ragu-ragu terhadap tindakan yang akan dilakukan atau kurang merespon
terhadap perubahan kondisi pasien, diskusikan bersama dengan tim keperawatan
guna memberikan masukan yang diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.
4. Tanyakan saran/order yang diberikan oleh dokter
jika : Perintah tidak jelas,masalah itu ditanyakan oleh pasien atau pasien
menolak, tindakan yang meragukan atau tidak tepat sehubungan dengan perubahan
dari kondisi kesehatan pasien. Terima perintah dengan jelas dan tertulis.
5. Tingkatkan kemampuan anda secara terus menerus,
sehingga pengetahuan/kemampuan yang dimiliki senantiasa up-to-date. Ikuti
perkemangan yang terbaru yang terjadi di lapangan pekerjaan dan bekerjalah berdasarkan
pedoman yang berlaku.
6. Jangan melakukan tindakan dimana tindakan itu
belum anda kuasai.
7. Laksanakan asuhan keperawatan berdasarkan model
proses keperawatan. Hindari kekurang hati-hatian dalam memberikan asuhan
keperawatan.
8. Catatlah rencana keperawatan dan respon pasien
selama dalam asuhan keperawatan. Nyatakanlah secara jelas dan lengkap. Catatlah
sesegera mungkin fakta yang anda observasi secara jelas.
9. Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya.
Biasakan bekerja berdasarkan kebijakan organisasi/rumah sakit dan prosedur
tindakan yang berlaku.( Vestal, K.W. 1995)
10. Pelimpahan tugas secara bijaksana, dan ketahui
lingkup tugas masing-masing. Jangan pernah menerima atau meminta orang lain
menerima tanggung jawab yang tidak dapat anda tangani.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat
http://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/
minta sumber askepnya dong ?
thanks atas infonya gan, di tunggu info selanjutnya
http://obatnyapenyakit.com/obat-alami-penyakit-abses-ginjal/